Fenomena Politik Kontemporer
Berbicara kontemporer berarti kita
berbicara fenomena kekinian. Kabupaten Aceh Singkil, mekar dari Aceh Selatan
tahun 1999. Setelah beberapa kali melakukan Pemilukada baru pada tahun ini saya
masuk langsung dalam praktiknya, kalau dulu cuma jadi pengamat, dan
keterlibatan saya ini di dorong oleh keadaan, Ada beberapa fenomena baru yang muncul di Pemilukada Aceh
Singkil, dari tahapan pencalonan Bakal Calon oleh partai politik, hingga proses
keterlibatan masyarakat dalam politik.
Ada dua anomali yang terjadi
dalam proses pilkada di Aceh Singkil.
1. Media Sosial / jejaringan
internet. Media facebook, instagram, Whattsahap hingga BBM merupakan lokasi
yang berpotensi untuk menciptakan gelembung suara bagi calon yang diusung. Di
media – media tersebut masyarakat merespon cepat terhadap isu - isu yang di
beritakan, baik itu benar atau tidak itu cuma akal - akalan, tapi cara – cara
ini diangga efektif, sehingga dalam sepekan ada banyak bermunculan akun2 yg
hampir sama, yg tujuannya utk menjelaskan misi2 para calon yg didukungnya. Tapi sejarah sudah menulis, jokowi dan Obama menjadi orang – orang sukses
diantarakan menjadi pemimpin negara melalui pemanfaatan media sosial. Hal ini
dapat terjadi karena jika kita mengkalkulasikan satu akun facebook saja dapat
menampung 5000 pertemanan, dalam proses kampanye langsung untuk mengumpulkan
1000 orang butuh biaya yang cukup besar, bayangkan jika ada lebih dari 1 akun
yang dibentuk untuk memaparkan segala sesuatu tentang kandidatnya, berarti
setiap hari orang – orang ini bisa berkampanye kepada ribuan orang, dengan
hanya modal beberapa rupiah saja.
2. Munculnya Relawan
Politik, politik butuh uang, dan uang sangat murah di politik.
Nominal uang dalam dunia politik hanya di lihat dari warna kertasnya saja,
kalau bukan merah berarti biru, tidak laku hijau atau pun kuning. Tapi di Aceh
Singkil hari ini, muncul gerakan – gerakan politik yangg menggolongkan diri
sebagai Relawan. Relawan politik, istilah ini mucul di kaitkan dengan gerakan -
gerakan yang dilakukan oleh pemuda, tapi anehnya hari ini bukan golongan muda saja
yang menyatakan diri meraka sebagai relawan, orang – orang yang sudah berumur
pun juga bergabung dengan relawan ini. Bagi kami ini merupakan sejarah baru dalam pemilukada,
para relawan ini sepertinya merindukan sosok pemimpin baru, ini ditandai dengan
banyaknya kelompok – kelompok relawan yang bermunculan di desa – desa dan
mengundang calon yang diinginkan untuk memimpin. Para relawan lalu menyediakan
seluruh tempat dan akomodasi untuk calon dalam memaparkan visi misi mereka
kepada masyarakat.
Dalam kebingungan fenomena relawan politik ini, kita
teringat kepada pemilu - pemilu sebelumnya, uang pada pemilu sebelumnya
terdengar sangat dekat dengan para pelaku - pelau politik, bahkan yang tidak
terlibat dalam politik pun mendapatkan pembagian uang politik, tapi hari ini tidak. Uang tidak lagi di anggap menjadi
primadona utama untuk terlibat di praktik politik, orang – orang lebih suka mendengungkan perubahan, pergantian,
ntah itu siapa yang penting berganti saja dulu. Ini sejarah baru, ini yang saya
maksud kita harus terlibat politik pada pemilukada kali ini, karna rupa politik
saat ini tidak seperti masa – masa sebelumnya.
Mari lihatlah kenyataan ini,
lihat kejadian – kejadian politik di sekitar kita, pahami bahwa harapan politik
bersih, bebas dari kepentingan memperkaya diri, kita ubah perlahan agar semua
proses ini berjalan santun dan terhormat.
Ade Meyza Farmasi
Relawan Dulmusrid Sazali
Ade Meyza Farmasi
Relawan Dulmusrid Sazali
2 Comments